

1. Pendahuluan: Peta Stablecoin Global Hari Ini
Stablecoin telah menjadi tulang punggung ekosistem crypto, khususnya untuk transaksi lintas chain, perdagangan, hingga penyimpanan nilai. Salah satu pemain dominan sejak lama adalah Tether (USDT), yang saat ini memegang lebih dari 65% pangsa pasar stablecoin global.
Namun, di tengah ledakan teknologi blockchain baru dan munculnya inovasi dalam sektor DeFi (Decentralized Finance), banyak pengamat bertanya: apakah DeFi masih tergantung pada Tether? Ataukah ekosistem sedang bergeser ke model baru dan stablecoin alternatif seperti USDC, DAI, dan lainnya?
Artikel ini menyajikan analisis mendalam tentang:
- Dominasi Tether saat ini
- Perbandingan dengan stablecoin pesaing
- Peran Tether dalam ekosistem DeFi
- Tantangan dan peluang stablecoin terdesentralisasi
- Apakah DeFi benar-benar mulai meninggalkan Tether?
2. Fakta dan Data Terbaru tentang Tether (USDT)
2.1 Kapitalisasi Pasar Tether Hari Ini
π
Per Juli 2025
π° Market Cap USDT: $115,8 miliar
π Pangsa Pasar Stablecoin: 66,1%
π Volume Harian Rata-rata: $55 miliar
π Blockchain Pendukung: Ethereum, Tron, Solana, Polygon, Arbitrum, dan lainnya
2.2 Kenapa Tether Tetap Dominan?
- Likuiditas Besar di Seluruh Exchange
- Transaksi Cepat dan Biaya Rendah (via Tron)
- Adopsi Luas di Negara Berkembang
- Kemudahan integrasi ke protokol CeFi dan DeFi
3. Perbandingan Tether dengan Stablecoin Lain
Stablecoin | Market Cap (Juli 2025) | Model Jaminan | Terdesentralisasi? | Blockchain Pendukung |
---|---|---|---|---|
USDT | $115,8 M | Fiat (USD) | Tidak | Multi-chain |
USDC | $56,4 M | Fiat (USD) | Tidak | Multi-chain |
DAI | $10,1 M | Crypto Collateral | Ya | Ethereum, Layer 2 |
FDUSD | $6,5 M | Fiat | Tidak | BNB Chain, Ethereum |
LUSD | $0,6 M | ETH Collateral | Ya | Ethereum |
3.1 USDC: Kompetitor Terdekat
Meski didukung oleh nama besar seperti Circle dan Coinbase, USDC kesulitan menyusul likuiditas Tether di bursa besar seperti Binance. Selain itu, regulasi ketat di AS membatasi ekspansi USDC.
3.2 DAI dan LUSD: Alternatif DeFi-Native
- DAI adalah stablecoin terdesentralisasi pertama yang menggunakan agunan crypto (ETH, wBTC, stETH).
- LUSD (Liquity) hanya menggunakan ETH sebagai agunan, dan memiliki mekanisme tanpa governance.
Tapi, tantangan utama adalah kurangnya likuiditas dan adopsi global, terutama di negara berkembang.
4. Peran Tether dalam Dunia DeFi
4.1 Tether sebagai Sumber Likuiditas
USDT masih menjadi sumber utama likuiditas di platform DeFi seperti:
- Uniswap (USDT/WETH)
- Aave (lending pool USDT)
- Curve (stable swap pool USDT)
- PancakeSwap (USDT pairs on BNB Chain)
- GMX (margin liquidity USDT)
4.2 Kenapa Protokol DeFi Masih Andalkan Tether?
- Stabilitas nilai dan volume
- Kemudahan integrasi
- Kepastian adopsi oleh pengguna CeFiβDeFi hybrid
- Kepercayaan institusi CeFi (cepat konversi ke fiat)
Namun demikian, ada tren perlahan bergesernya preferensi ke stablecoin yang lebih transparan dan terdesentralisasi.
5. Kritik dan Kontroversi terhadap Tether
5.1 Audit dan Transparansi
Tether dikritik karena:
- Tidak rutin diaudit oleh pihak independen
- Komposisi cadangan tidak sepenuhnya fiat
- Keterlibatan instrumen seperti commercial paper di masa lalu
Namun, sejak 2024, Tether mulai menerbitkan laporan real-time reserve dashboard, meski belum sepenuhnya meyakinkan pasar DeFi murni.
5.2 Keterlibatan Tron Network
Sebagian besar USDT saat ini beredar di Tron, bukan Ethereum, yang dianggap kurang aman oleh beberapa developer dan pengguna DeFi murni.
6. Tren Perubahan di DeFi: Apakah Benar Meninggalkan Tether?
6.1 Migrasi ke Stablecoin Terdesentralisasi
- Protokol seperti Curve, Morpho, dan Silo Finance mulai mendorong DAI dan LUSD
- MakerDAO (penerbit DAI) meluncurkan Spark Protocol sebagai super-app DeFi
- Protokol lending baru hanya menerima DAI atau stablecoin kripto sebagai jaminan
6.2 Likuiditas Mulai Tersebar
Menurut data DeFiLlama:
Stablecoin | % Total TVL DeFi | Dominasi di Pool Curve |
---|---|---|
USDT | 38% | 32% |
USDC | 35% | 40% |
DAI | 22% | 24% |
Lainnya | 5% | 4% |
Terjadi penurunan pangsa USDT dalam TVL DeFi dalam 12 bulan terakhir dari 49% β 38%.
7. Prediksi Masa Depan: Dominasi Tether Bertahan atau Menurun?
7.1 Skenario Tether Tetap Dominan
- Jika regulasi tetap longgar terhadap centralized stablecoin
- Jika adopsi tetap fokus di negara berkembang
- Jika Tether berhasil mengadopsi L2 (zkSync, Arbitrum) lebih awal dari kompetitor
7.2 Skenario Tether Menurun
- Jika CBDC mulai digunakan di layer publik
- Jika stablecoin RWA (real world asset) seperti USDM (Mountain Protocol) bertumbuh
- Jika DAI dan LUSD mendapatkan integrasi native di Layer 2 seperti Base dan Scroll
8. Strategi DeFi untuk Investor Stablecoin
8.1 Yield Farming
- USDT: Masih menghasilkan yield tinggi di pool centralized (Binance Earn, OKX)
- DAI: Lebih cocok untuk yield on-chain (Spark, Curve, Aave)
- LUSD: Cocok untuk long-term LP dengan low impermanent loss
8.2 Diversifikasi Stablecoin
Investor cerdas kini membagi eksposur stablecoin ke:
- 50% centralized (USDT, USDC)
- 30% hybrid (RAI, USDM)
- 20% decentralized (DAI, LUSD)
8.3 Risk Management
- Hindari menyimpan 100% di USDT, terutama untuk jangka panjang
- Pantau news regulasi AS terhadap Tether
- Gunakan cold wallet untuk penyimpanan jangka panjang
9. Kesimpulan: Tether Masih Raja, Tapi Dinamika Sedang Berubah
Tether masih memimpin, tapi ekosistem DeFi tidak lagi sepenuhnya bergantung padanya. Meskipun USDT tetap menjadi aset likuid dan stabil, munculnya stablecoin terdesentralisasi, perubahan kebijakan global, dan tren multi-chain memberi tekanan tersendiri bagi dominasi Tether.
Investor dan pengembang DeFi kini berada di era rebalancing stablecoin, di mana transparansi, keamanan, dan keberlanjutan menjadi faktor utama, bukan sekadar likuiditas.