
Bank Sentral China (PBOC) mengumumkan rencana suntikkan dana sebesar 400 miliar yuan (≈ Rp 4.000 triliun) melalui reverse repo 6 bulan pada 16 Juni reuters.com. Ini langkah kedua dalam sebulan terakhir, setelah sebelumnya menyuntikkan 1 triliun yuan (3 bulan tenor) untuk menekan lonjakan NCD (negotiable certificates of deposit) senilai 4 triliun yuan yang akan jatuh tempo.
Mengapa ini penting?
- Mengurangi tekanan pendanaan bagi bank, menghindari lonjakan yield obligasi dan gelembung aset.
- Menstabilkan yield obligasi 10‑tahun China yang kini di kisaran 1.64%—dan bisa turun jadi 1% di 2026 reuters.com.
- Mempersiapkan arah kebijakan menjelang Lujiazui Forum, tempat Gubernur Pan Gongsheng diperkirakan akan membicarakan sinyal moneter berikutnya.
🇯🇵 2. Bank of Japan Tunda Kenaikan Suku Bunga ke Kuartal I 2026
Survei Reuters (2‑10 Juni) menunjukkan bahwa mayoritas ekonom (52%) memperkirakan BoJ akan menunda suku bunga tetap di 0,50% hingga akhir 2025, dan kemungkinan kenaikan baru akan terjadi awal 2026, terutama Januari reuters.com.
Faktor‑faktor pendukung:
- Kekhawatiran atas kebijakan tarif AS yang bergejolak.
- Pasar obligasi Jepang yang rentan karena penerbitan surat utang jangka panjang mulai menipis permintaan.
- BoJ tetap siap menaikkan jika inflasi menyentuh 2%, yang saat ini masih relatif terkontrol fxempire.com
🌍 3. Pasar Global Resah: Sentimen Geopolitik dan Kebijakan
Menurut Reuters Market Themes, beberapa poin utama yang memperngaruhi pasar:
- Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dorong harga minyak dan aset safe-haven fxempire.com
- Fed kemungkinan akan menahan suku bunga dalam jangka pendek, lalu turunkan pada September atau akhir 2025 .
- Suku bunga global termasuk BoJ dan bank sentral Eropa seperti Swedia, Swiss, Norwegia, dan Inggris sedang dalam perhatian, masing-masing memantau data inflasi terbaru reuters.com.
- Isu perang dagang, negosiasi G7, serta diversifikasi perdagangan juga menjadi faktor risiko utama reuters.com.
📉 4. Dampak Terhadap Aset & Investor
🛢️ Harga Minyak
- Lonjakan bisa mencapai $120–130/barel jika konflik melebar .
- Tekanan tambahan pada inflasi global, khususnya di negara pengimpor minyak besar.
📈 Obligasi & Mata Uang
- Yield obligasi China stabil di level rendah, berpotensi menguat setelah suntikan PBOC.
- Likuiditas melimpah bisa mengurangi kekhawatiran kredit jangka pendek.
💸 Saham
- Korban jatuhnya saham adalah sektor energi dan penerbangan, sedangkan energi justru mendapat momentum.
- Investor global cenderung pindah ke aset aman seperti emas dan obligasi US, seiring turunnya suku bunga di Jepang & kemungkinan di AS nanti.
💡 5. Peluang & Risiko untuk Investor
Instrumen | Peluang | Risiko |
---|---|---|
Obligasi China | Yield stabil & kemungkinan naik harga jika harga obligasi turun | Risiko valuta jika RMB tertekan karena penurunan yield |
Saham energi | Bisa mendapat momentum dari lonjakan minyak | Harga bahan bakar tinggi bisa menekan sektor lain |
Pasar Jepang | Kebijakan moneter lebih longgar → potensi rebound saham | Risiko Utang negara dan inflasi terus meningkat |
Aset safe-haven | Emas, obligasi, dan Swiss Franc sebagai pelindung portofolio | Potensi penurunan jika ekonomi global rebound |
📌 Rekomendasi Strategis
- Investor obligasi: Fokus pada tenor pendek (6–12 bulan) untuk mengantisipasi suku bunga turun.
- Trader saham/jangka pendek: Manfaatkan pergerakan sektor energi dan safe-haven.
- Investor global: Miliki aset diversifikasi seperti emas & obligasi AS.
- Siaga terhadap berita geopolitik: Buat trailing stop untuk trade berbasis event.
- Catat momentum kebijakan BoJ dan PBOC sebagai sinyal awal tren global.
Dengan kondisi saat ini—suntikan likuiditas besar-besaran PBOC, penundaan suku bunga BoJ, dan ketegangan global—para investor perlu bertindak sigap untuk menjaga portofolio tetap pulih dan resilien.